Tes TOAFL & TOEFA di UIN Bandung

TOAFL & TOEFA baru jadi syarat kelulusan di UIN Bandung mulai tahun 2017. Di SK yang beredar di fakultas Psikologi tes ini jadi syarat wajib semua angkatan yang akan sidang. Termasuk angkatan 2009, 2010, 2011, 2012. Tapi saya nanya teman Saya angkatan 2011 anak Ushuluddin katanya mereka tidak diwajibkan TOEFA & TOAFL. Enak ya.

Jadi, untuk ikut tes ini kita daftar dahulu di lc.uinsgd.ac.id, isi data, lalu pilih tes yang mau diikuti, cetak kartu, nanti langsung bayar ke petugas di Language Center. Tidak harus ikut dua-duanya, bisa ikut satu tes dahulu. Jadwal tesnya sudah ditentukan TOEFA setiap hari Selasa jam 9 dan TOAFL setiap hari Jum’at jam 9. Enaknya, kalau tes di LC UIN, sistemnya sudah online. Computer based, bukan paper based, jadi setelah kita klik finish, skornya bisa langsung kita lihat, jadi gak perlu nunggu sertifikatnya buat tahu skor.

TOAFL (Test of Arabic as Foreign Language)

Saya ikut tes ini hari Jum’at. Soal tesnya terdiri dari listening, structure, reading (Saya gak tahu istilah bahasa Arabnya apa, lupa. Maafkan :))).
Jujur tes ini Saya tidak mempersiapkan apa-apa, ya buat apa? Gak ngerti juga harus belajar apa. Toh waktu belajar bahasa Arab semester 1 & 2, ya belajar dasar aja.

Baca lebih lanjut

KATEGORI

Baru baca tulisan kang Fahd. Gak jadi soal sih, tentang tema tulisannya, gak fokus ke sana juga. Tentang kategori, jadi ingat kejadian Muhima dua tahun lalu. Kira-kira percakapan saya dengan teman saya gini..
Teman : Jadi siapa?
Saya : Siapa lagi, ya C dari golongan kita.
Teman : Golongan kita?
Saya : Iya, dari kita, netral.
Teman : Netral?hmm.
Di kampus saya, mahasiswa dibagi dua golongan, golongan aktifis organisasi dan mahasiswa yang katanya netral. Kami yang -merasa- diri netral, tidak memihak pada organisasi mana pun. Pada event tertentu,  kami memposisikan diri untuk tidak condong ke pihak manapun. Sehingga ketika ada orang nanya kami selalu bilang “Enggak, kita mah netral”. Sampai pada suatu hari kakak kelas Saya nanya “Netral? Emang netral apaan sih? Netral itu sama gak sih dengan gak punya sikap?”.

Kami punya sikap kok, sikap kami ya gak berpihak. Tapi, lain ceritanya jika…… Jika dalam satu event ada si A dari organisasi X, B dari organisasi Y dan C dari pihak netral. Siapa yang kami dukung? Tentu C.
Sampai teman saya bilang
“Jadinya ngedukung C?”
“Iya”
“Kenapa”
“Loh, kok kenapa? Dia kan netral gak masuk organisasi”
“Kalau pada akhirnya kita mendukung salah satu pihak, itu artinya gak netral”.

Salah kami adalah dari awal kita selalu mengatakan bahwa organisasi adalah sebuah kategori, dan tidak menyadari bahwa netral adalah kategori lain. Dan, ya, benar apa kata kang Fahd, ketika kita berusaha untuk keluar dari suatu kategori, maka kita akan masuk ke dalam kategori lain. Mengutip perkataan populer, bahkan, ketika pada akhirnya kita tidak memilih, itu adalah suatu pilihan.

#NulisSkripsi: Trommsdorff dan Skema Kognitif-Motivasional (1983)

Sejak memutuskan orientasi masa depan (OMD) menjadi tema skripsi Saya. Sejak saat itu saya mengenal Trommsdorff, tepatnya Gisela Trommsdorff. Selama ini, ketika kita membahas OMD, orang-orang lebih mengenal Nurmi, daripada Trommsdorff. Padahal, di dalam jurnal-jurnal penelitian Nurmi sering menyertakan jurnal Trommsdorff sebagai referensi penelitian. Lama-lama capek juga nulis nama orang panjang gitu, kita singkat saja Gisela Trommsdorff menjadi Tromms.

Tromms menulis jurnal penelitian tentang OMD tahun 1983 lebih awal 6 tahun dari penelitian Nurmi. Btw, Nurmi baru melakukan penelitian OMD tahun 1989. Sebenarnya OMD telah diteliti berpuluh tahun yang lalu. Jika kalian pernah belajar tentang OMD, mungkin pernah mendengar nama Nuttin atau Wallace yang meneliti OMD sejak tahun 1950-an. Jadi sebenarnya, betul apa yang dikatakan pembimbing saya bahwa teori OMD memang teori usang, gak berkembang. Kenapa saya tertarik meneliti? Kejebak sih ini mah, ntar diceritain.

Baca lebih lanjut

#NulisSkripsi : Menentukan Tema dan Judul, Mencari Teori

Tiba-tiba pengen nulis ini. Tema skripsi saya :D.
Jadi ceritanya, setelah bolak-balik mencari tema akhirnya diberi insight sama pembimbing. Kira-kira percakapannya gini

P : Jadi tentang apa?
S : Orientasi masa depan, pak
P : Jadinya?
S Iya pak, faktor-faktor yang memengaruhi OMD
P Jangan faktor-faktor. Nanti kamu kesulitan. Nanti datanya harus banyak, ngambil datanya lama. Analisis datanya susah jadinya kan nanti faktorial.
S Jadinya gimana pak?
P Faktor OMD apa saja?
S banyak pak, ada jenis kelamin, budaya, Pola asuh, pendidikan blablabla
P Oke, sekarang tentukan satu aja faktornya. Biar gampang. Kira-kira faktor yang mana yang akan kamu teliti
S Faktor pola asuh pak
P Kenapa?
S Soalnya saya baca jurnal blablabla (Ceritain jurnal-jurnal yang dibaca)
P Yaudah itu aja.

Baca lebih lanjut

Catatan Seminar Proposal Penelitian

a

Seminar Proposal Penelitian atau yang lebih dikenal di kampus saya dengan istilah UP (Ujian Proposal) merupakan satu tahapan yang harus dilewati semua mahasiswa yang akan melakukan penelitian alias menulis Skripsi. Intinya ketika seminar kamu ditanya “Mau penelitian ya? Sudah siap gak? Landasan teorinya paham gak? Langkah-langkah penelitiannya sudah direncanakan?” ya gitu, anggap aja lagi ngobrol.

Btw, di kampus saya sebelum Seminar, semua mahasiswa harus melewati berbagai tahap salah satunya lulus mata kuliah Metodologi Penelitian 1, 2 dan 3. Setelah lulus Metodologi Penelitian 3 dengan nilai C, mahasiswa diperkenankan untuk mengikuti Ujian Proposal setelah proposal tersebut di-acc pembimbing. Btw, Saya lulus Metodologi Penelitian 3 ketika bulan Januari kemarin, baru UP tanggal 28 Oktober, pura-pura lupa belum UP selama 8 bulan. HAHA.

Kenapa sih belajar metodologi penelitiannya banyak banget, 3 kali dengan total 7 Sks? Karena di Metpen 1 & 2 kita hanya belajar teori, kualitatif itu apa? Kuantitatif itu apa? Eksperimen bagaimana? Studi kasus sama Fenomenologi bedanya apa? Cara menulis Definisi Operasional yang baik gimana? Populasi, sampel, teknik sampling, snow ball, stratified sampling, blablabla. Nah, di Metpen 3 sistem pembelajaran diubah. Semua mahasiswa dibagi kelompok, dan masing-masing kelompok mempunyai pembimbing, dan setiap mahasiswa akan diberi kartu bimbingan.

Pembelajaran di kelas ketika mata kuliah ini, rata-rata hanya 45 menit selebihnya dosen memberikan tugas “Tentukan tema ya, cari jurnal ya, cari fenomena ya, cari masalah ya, blablabla”. Di akhir perkuliahan tugas UAS-nya adalah mengumpulkan proposal penelitian dari Latar Belakang Masalah sampai metodologi Penelitian. Nilai akan keluar dengan syarat; Satu, Ada Proposal; Dua, ada acc pembimbing dengan jumlah bimbingan minimal 4 kali. Dan terakhir, harus ada tanda bukti pernah menghadiri -nonton yang- Sidang UP minimal 4 kali, biasanya ini dibuktikan dengan tanda tangan penguji.

Mencari Jurnal Internasional Gratis Lewat DOI

Ceritanya, mencari jurnal biar kelihatan mahasiswa yang lagi ngerjain skripsinya, haha.

Terakhir edan-edanan cari jurnal pas kuliah Statistika 2, dosen memberikan tugas mencari jurnal Statistika, bahasa Inggris. Bayangin gais, Statistika, udah gitu pakai bahasa Inggris –_-, Saya belajar statistika pakai bahasa Indonesia aja harus ngulang dua kali. Nah, setelah itu, saya jarang mencari jurnal. Kecuali kalau lagi cari tahu sesuatu aja. Pas Metodologi Penelitian 3, mulai tuh cari-cari jurnal lagi. Dulu, paling saya cuma mengandalkan e-resources Perpusnas, itupun cuma ada beberapa yang bisa di-download selanjutnya cuma bisa download abstrak-abstraknya aja. Kata temen saya sih, di Perpusnas bisa download semuanya yang kita pengen, gak tahu deh kenapa saya kalau mau download cuma dapat abstraknya aja. Saya yang gaptek kali.

Baca lebih lanjut

MUHIMA Psikologi UIN Bandung, Mau dibawa Kemana? (2)

MUHIMA Psikologi UIN Bandung, Mau dibawa Kemana? (2)

MUHIMA Psikologi UIN Bandung, Mau Dibawa Kemana? Pagi itu, tepat jam 08.40, 7 jam setelah Muhima selesai saya harus UAS. Iya, saya merasa menjadi orang paling keren sedunia setelah sampai dini hari ber-Muhima ria lalu pagi hari langsung UAS Psikodiagnostika 😀 Hari-hari selanjutnya, saya hadapi dengan biasa saja. Sampai beberapa kali saya menemukan lembaran-lembaran tulisan yang tidak bertanggung…

View On WordPress

Ocean Heaven (An Autism Film – Review)

Ocean Heaven (An Autism Film – Review)

ocean heaven Dimulai dengan adegan ketika Pak Wang (Jet Li) mengajak anaknya ke laut dan menaiki perahu. Pak Wang mengikatkan tali pada kaki anaknya Dafu, burrrr Pak Wang menceburkan diri bersama anaknya ke laut “Mari nak, kita pergi bersama” ujar pak Wang sebelum menceburkan diri. Ajaib meskipun kakinya telah diikat, Dafu yang jago berenang mampu berenang ke atas dan menyelamatkan diri bersama…

View On WordPress

KRS Terakhir

Yeay, KRS Terakhir, insyaAllah aamiinnn!

Ini, KRS terakhir, KRS ke-9, yang menandai saya sudah menjadi mahasiswa semester 9, tua euy :D. Loh kok masih KRS-an? Masih kuliah? Masihhhhh, selama saya punya NIM, masih suka ke kampus, bolak-balik TU, berarti saya masih kuliah. Meskipun faktanya proses pembelajaran di kelas sudah selesai.

Semester sembilan masih wajib KRS-an, kenapa? Karena skripsinya belum selesai :D. Sebenarnya dalam aturan kurikulum, Skripsi bisa diambil ketika semester tujuh, toh faktanya Baca lebih lanjut

Kelas-Kelas ‘Overload’

Beberapa bulan lalu, kakak tingkat saya pernah ngomong gini “Padahal bagus tuh untuk dikaji, kenapa ada sebagian mahasiswa yang memilih mata kuliah sesuai passion, ada juga mahasiswa yang memilih mata kuliah hanya untuk mengejar IP saja”.

Sekilas Tentang Mata Kuliah Pilihan

Ketika memasuki jurusan Psikologi, maka selama 4 Semester pertama mahasiswa akan mempelajari hal-hal dasar. Statistika, Psikologi Umum, Psikologi Kepribadian, Psikologi Perkembangan, Psikologi Pendidikan, dll. Memasuki semester 5 mahasiswa diberi kebebasan untuk mengambil mata kuliah sesuai minatnya masing-masing. Ketika memasuki jurusan Psikologi tidak ada itu pembagian minat lagi seperti ini kelas Psikologi Klinis atau ini kelas Psikologi Pendidikan. Banyak adik tingkat yang bertanya “Ini kok gak ada penjelasan mana yang termasuk Psikologi Klinis mana yang termasuk psikologi Anak, dll” ya, memang seperti itu. Harusnya hal-hal seperti itu tidak usah dipertanyakan lagi, mahasiswa yang memasuki semester 5, harus tahu mata kuliah apa saja yang nanti akan mendukung terhadap passion dia. Misal ada yang berminat terhadap Psikologi Anak, maka pilih mata kuliah yang berhubungan dengan Psikologi Anak, mulai dari Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus, Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak lalu nanti disambung tes Klinis Anak, atau ada yang berminat menekuni bidang Psikologi Industri & Organisasi, maka pilih mata kuliah yang memang mendukung passion tersebut semisal Psikologi Konsumen, Ergonomi lalu Assesment Center, misalkan.

Mulai semester ini, KRS menggunakan sistem online dan terjadilah kekacauan. Bukan kacau sebenarnya, hanya saja belum siap. Mahasiswa di fakultas saya terbiasa enak, semaunya sendiri memilih mata kuliah pilihan sesuai dengan keinginannya, tanpa peduli   apakah kelas yang dipilih sudah overload apa belum. Setelah menggunakan sistem online, mahasiswa tidak bisa lagi seenaknya mengambil mata kuliah. Kuota per kelas dibatasi hanya untuk 40 mahasiswa saja. ketika dalam satu kelas sudah ada 40 mahasiswa, maka mahasiswa yang lain harus mencari jadwal mata kuliah tersebut di kelas lain. Tenang saja, jurusan Psikologi mempunyai 4 kelas per angkatan. Rata-rata per angkatan hanya mempunyai 120 – 140 orang. Jika satu kelas mempunyai kuota 40 mahasiswa, maka terdapat 160 kursi yang tersedia per mata kuliah. Artinya terdapat 20 sampai 40 kursi cadangan yang disediakan untuk mahasiswa ‘pendalaman’ :D. Tapi hitung-hitungan seperti itu hanya berlaku untuk mata kuliah wajib saja, tidak berlaku untuk mata kuliah pilihan.

Dua semester mengikuti mata kuliah pilihan, rata-rata pihak fakultas hanya menyediakan jatah satu kelas saja. Tidak heran jika satu kelas bisa berisi 40 – 60 mahasiswa. Namun bersyukur, ada juga dosen yang berinisiatif membagi kelas-kelas yang’overload’ menjadi dua bagian. Baca lebih lanjut