Manusia diberi kemampuan untuk bisa menyesuaikan diri, adaptasi. Dari zaman Dinosaurus sampai sekarang, maka itu terjadilah evolusi agar manusia bisa bertahan di lingkungan tempat dimana dia hidup.
Dalam Psikologi, kegagalan adaptasi bisa menyebabkan dua hal; Stres dan konflik. Sepertinya saya gagal adaptasi.
KKM bukan hal yang mudah bagi mahasiswa seperti saya. Setahun pertama di Bandung saya gak punya teman. Maksudnya teman yang bisa diajak bicara haha hihi kesana kemari, kalau teman sekelas, sekostan, seangkatan sih, banyak. Iya, saya butuh waktu setahun untuk bisa adaptasi. Dari dulu juga gitu, makanya pas Tsanawiyyah saya pernah sekolah seminggu jadi murid di sana, kemudian pindah ke sekolah lain dengan alasan gak punya temen.
Ok, balik lagi ke cerita KKM, saya sulit untuk beradaptasi, tapi saya percaya manusia diberi kemampuan untuk beradaptasi di situasi apapun. Bayangkan saja, nama kelompok baru diumumkan seminggu sebelum KKM. Artinya, kita akan se-posko, kerja sama, diskusi, tidur, masak, makan bersama orang yang baru kemarin kita kenal, selama 30 hari.
Di Posko saya lebih banyak diam, ngobrol kalau penting aja sih. Selebihnya WA-an, browsing, diem di kamar. Ntah ya, saya gak bisa ketawa haha hihi sama orang yang baru kemarin sore saya kenal. Bukan gak suka, tapi gak biasa, eh gimana sih, gitu deh :D. Kelompok saya baik kok.
Karena sulit adaptasi ini, saya ngerasa lebih dekat sama kelompok 42 daripada kelompok 41, kelompok saya sendiri. Di kelompok 42, ada bang Jay, teman sekelas saya, ada Labib, orang yang saya kenal dari pas kita Mu’allimien di Garut, ada teh Dilla juga yang sama-sama alumni PPI, ntah ya, saya kan gak ikutan organisasi Himi Persis, makanya dimanapun ketemu anak PPI rasanya seneng aja :).
Tapi saya bersyukur kok, saya sudah bisa melewati 17 hari ini. Meskipun hari ini sedang -dalam masa- tidak bisa adaptasi, makanya saya di rumah.
KKM itu sulit untuk orang yang sulit -atau gak mau- beradaptasi. Kalau semua mahasiswa gampang beradaptasi, kenapa sebelum KKM di grup angkatan 2011 ramai-ramai mencari teman yang mau tukar kelompok?. Adaptasi, bukan hanya dengan kelompok saja, tapi juga lingkungan. Yang gak biasa nimba, harus bisa nimba. Yang biasa hidup enak, harus bisa hidup gak enak. Yang gak mau naik motor, harus mau naik motor, haha ini saya.
Btw, saya lagi di rumah. Di posko keadaannya bikin saya sulit adaptasi. Biasa lah, udah 17 hari 10 orang tinggal serumah. Bukan hal gampang menyamakan pemikiran, kebiasaan bahkan menyamakan selera makan. Gak salah juga, kalau sesekali ada konflik, namanya juga adaptasi. Wajarlah, dinamika kelompok. Saya-nya aja yang lagi gak mau ada di Posko. Lagi sakit, iya lah, mana pernah saya selama 17 hari nonstop naik motor sana-sini, di jalanan yang … Duh ya kalau saya anak menteri udah saya bangun jalan tol di Cigawir. Iya, 17 hari ini kan saya naik motor terus, ke TK, ke SD, ke Bale Desa, ke RW ini, RW itu, blablabla, Cigawir lega pisan atuhlah.
Kalau saya lagi kesal di posko, saya masuk kamar main Hp, selesai. Nah ini, hp saya ngehang, ditambah laptop saya kan mati. Terus? Terus saya kan gak tahu harus menyampaikan uneuk-uneuk saya kepada siapa. Yaudah, pilihan bijak, pulang.
Ini di rumah lagi ngumpulin motivasi buat balik ke Cigawir, anak-anak di Posko, pasti murka saya lama di rumah, ah bodo. Selain konflik kelompok mungkin proker – proker saya aja yang bisa nuntut saya balik ke Posko, Cigawir.