Hai, Galian Pasir!

Nama Saya Ismi. Cita-cita jadi juragan tanah. Haha!

Ntah ya, siapa yang memulai dan bagaimana ini bisa dimulai, mungkin sejak 4 atau 3 tahun lalu, sejak pembukaan lahan di Tutugan untuk dijadikan lahan galian pasir. Sejak dibangunnya sebuah pabrik yang otomatis banyak membutuhkan pasir untuk mendirikan bangunan. Sejak saat itu pula minimarket dan kos-kosan menjamur.

Dulu, semua orang Garut mengenal daerah ini sebagai daerah yang menyeramkan, sepi. Tapi sekarang, 24 jam aktifitas tidak pernah berhenti, dari mulai buruh penambang pasir, sampai buruh pabrik terus bekerja setiap hari.

Bangunan pabrik sudah berdiri dengan megah, namun pasir terus dikeruk sampai habis. Efeknya? Leles macet, Baca lebih lanjut

Perempuan Pulang Malam

Cewek pulang malam boleh gak?

Pembahasan tentang perempuan pulang malam  sudah merupakan pembahasan klasik, apalagi di kostan saya. Sejak datang ke kostan ini tiga tahun lalu, pertemuan di awal semester yang membahas tentang segala macam peraturan di kostan ini selalu menjadi pertemuan yang ‘Panas’. Bagaimana tidak, 30an mahasiswi dari berbagai jurusan, yang mempunyai kegiatan dan aktifitas berbeda harus membicarakan hal yang sama, pintu utama dikunci jam berapa? Susah, iya susah. Toh, perempuan pun banyak yang beraktifitas sampai malam. Baca lebih lanjut

Juragan Tanah

Jadi, ceritanya di desa saya, sekarang ada dua lahan yang dijadikan area galian pasir yang luasnya puluhan hektar, katanya. Lahan pertama ada di kawasan tutugan, lahan kedua jaraknya 100 M dari rumah saya. Lahan yang dijadikan galian pasir ini sebuah bukit kalau orang Sunda sebutnya pasir. Belasan tahun lagi, kalau galian pasir ini masih ada, anak-anak di kampung saya gak bakal tahu, kalau dulu di belakang rumah mereka ada bukit yang bisa dipakai main hiking-hikingan.
Saya suka bercanda kalau bukitnya gak ada, nanti orang Corenda yang mau sekolah ke pesantren dan lewat kampung saya, gak perlu naik turun bukit lagi, he. Gak bakal sejauh itu kali ya.
Baca lebih lanjut

Ziarah Leluhur di Limbangan

Semua orang Garut pasti sudah tahu kalau sejarah kabupaten ini tidak terlepas dari Limbangan. Orang zaman dahulu mengenalnya Kabupaten Limbangan, mungkin zamannya kakeknya kakek saya atau buyutnya buyut saya Kabupaten Limbangan masih ada, namun gara-gara di Limbangan sering ada bencana (Kata Wikipedia sih, gitu!) Maka ibukota dipindah ke kawasan Suci, nah semejak kepindahan ibukota itu berdirilah Kabupaten Garut. Sejarah lengkapnya baca di sini aja.

Berbicara tentang sejarah, berarti kita juga akan berbicara tentang karuhun-kruhun yang menjadi pelaku sejarah. Di Limbangan sendiri terdapat beberapa makam yang konon katanya merupakan leluhur orang Sunda sekaligus penyebar Islam di tanah Jawa khususnya Sunda. maka, tidak heran jika kalian datang ke Limbangan akan banyak ditemui penunjuk jalan menuju makam-makam leluhur. Mulai makam mantan bupati-bupati Limbangan, sampai makam para Sunan. Baca lebih lanjut

KKM #7 – Adaptasi

Manusia diberi kemampuan untuk bisa menyesuaikan diri, adaptasi. Dari zaman Dinosaurus sampai sekarang, maka itu terjadilah evolusi agar manusia bisa bertahan di lingkungan tempat dimana dia hidup.

Dalam Psikologi, kegagalan adaptasi bisa menyebabkan dua hal; Stres dan konflik. Sepertinya saya gagal adaptasi.

KKM bukan hal yang mudah bagi mahasiswa seperti saya. Setahun pertama di Bandung saya gak punya teman. Maksudnya teman yang bisa diajak bicara haha hihi kesana kemari, kalau teman sekelas, sekostan, seangkatan sih, banyak. Iya, saya butuh waktu setahun untuk bisa adaptasi. Dari dulu juga gitu, makanya pas Tsanawiyyah saya pernah sekolah seminggu jadi murid di sana, kemudian pindah ke sekolah lain dengan alasan gak punya temen.

Ok, balik lagi ke cerita KKM, saya sulit untuk beradaptasi, tapi saya percaya manusia diberi kemampuan untuk beradaptasi di situasi apapun. Bayangkan saja, nama kelompok baru diumumkan seminggu sebelum KKM. Artinya, kita akan se-posko, kerja sama, diskusi, tidur, masak, makan bersama orang yang baru kemarin kita kenal, selama 30 hari.

Di Posko saya lebih banyak diam, ngobrol kalau penting aja sih. Selebihnya WA-an, browsing, diem di kamar. Ntah ya, saya gak bisa ketawa haha hihi sama orang yang baru kemarin sore saya kenal. Bukan gak suka, tapi gak biasa, eh gimana sih, gitu deh :D. Kelompok saya baik kok.

Karena sulit adaptasi ini, saya ngerasa lebih dekat sama kelompok 42 daripada kelompok 41, kelompok saya sendiri. Di kelompok 42, ada bang Jay, teman sekelas saya, ada Labib, orang yang saya kenal dari pas kita Mu’allimien di Garut, ada teh Dilla juga yang sama-sama alumni PPI, ntah ya, saya kan gak ikutan organisasi Himi Persis, makanya dimanapun ketemu anak PPI rasanya seneng aja :).

Tapi saya bersyukur kok, saya sudah bisa melewati 17 hari ini. Meskipun hari ini sedang -dalam masa- tidak bisa adaptasi, makanya saya di rumah.

KKM itu sulit untuk orang yang sulit -atau gak mau- beradaptasi. Kalau semua mahasiswa gampang beradaptasi, kenapa sebelum KKM di grup angkatan 2011 ramai-ramai mencari teman yang mau tukar kelompok?. Adaptasi, bukan hanya dengan kelompok saja, tapi juga lingkungan. Yang gak biasa nimba, harus bisa nimba. Yang biasa hidup enak, harus bisa hidup gak enak. Yang gak mau naik motor, harus mau naik motor, haha ini saya.

Btw, saya lagi di rumah. Di posko keadaannya bikin saya sulit adaptasi. Biasa lah, udah 17 hari 10 orang tinggal serumah. Bukan hal gampang menyamakan pemikiran, kebiasaan bahkan menyamakan selera makan. Gak salah juga, kalau sesekali ada konflik, namanya juga adaptasi. Wajarlah, dinamika kelompok. Saya-nya aja yang lagi gak mau ada di Posko. Lagi sakit, iya lah, mana pernah saya selama 17 hari nonstop naik motor sana-sini, di jalanan yang … Duh ya kalau saya anak menteri udah saya bangun jalan tol di Cigawir. Iya, 17 hari ini kan saya naik motor terus, ke TK, ke SD, ke Bale Desa, ke RW ini, RW itu, blablabla, Cigawir lega pisan atuhlah.

Kalau saya lagi kesal di posko, saya masuk kamar main Hp, selesai. Nah ini, hp saya ngehang, ditambah laptop saya kan mati. Terus? Terus saya kan gak tahu harus menyampaikan uneuk-uneuk saya kepada siapa. Yaudah, pilihan bijak, pulang.

Ini di rumah lagi ngumpulin motivasi buat balik ke Cigawir, anak-anak di Posko, pasti murka saya lama di rumah, ah bodo. Selain konflik kelompok mungkin proker – proker saya aja yang bisa nuntut saya balik ke Posko, Cigawir.

ditulis di rumah, pakai Nokia 5200 yang terabaikan semenjak pakai Lumia 🙂

KKM #5 – PLKJ itu apa?

Semenjak KKM saya jadi sering ngomongin PLKJ lagi, sampai ada yang komentar “PLKJ apaan?”.

PLKJ itu P… L… Khidmat Jam’iyah, saya lupa P dan L nya itu kepanjangannya apa, haha. Saya sekolah di pesantren Persis (Persatuan Islam), di semua pesantren Persis di Indonesia (Yang jumlahnya sampai ratusan) ada program yang wajib dilaksanakan oleh semua santri Mu’allimien (Setingkat Aliyah / SMA), yaitu PLKJ.

Seperti namanya, PLKJ, khidmat Jam’iyah. Mengabdi kepada jama’ah, jama’ah yang mana? Jama’ah Persis. (eh btw jama’ah sama jam’iyah sama gak sih? *cmiiw). Gitu deh intinya PLKJ itu sama kayak KKM. Cuma bedanya waktu saya PLKJ cuma dua minggu, KKM sebulan. Terus kegiatan PLKJ hanya ngajar TK, ikut pengajian, ngajar Madrasah Diniyah, anak-anak PLKJ tidak dilibatkan dalam kegiatan desa, seperti KKM, jadi gak harus ikut ngedata jumlah penduduk atau ikut pas kegiatan pembagian raskin, haha. PLKJ lebih memprioritaskan ranah pendidikan.

Nah yang paling membedakan antara KKM dan PLKJ, yaitu tempat dimana kita diterjunkan. Kalau waktu PLKJ kita diterjunkan di lingkungan jama’ah Persis (Ngajar di madrasah Persis, pengajian di mesjid Persis dan mayoritas masyarakat Persis), judulnya juga kan khidmah jam’iyah, maka ketika KKM kita ditempatkan dimana saja, Persisnya ada, NU-nya ada, Muhammadiyahnya ada.

Begitu kakak…

Posted from WordPress for Windows Phone

KKM #4 – 15 HARI

Yeah, 15 hari kakak. Rasanya, baru kemarin kita ditelantarkan di depan gerbang kecamatan Selaawi, ketika matahari sama sekali belum nampak. Sungguh kesan pertama yang… Haha ah sudahlah. Ini toh KKM.

Hari – hari selanjutnya di Cigawir, mengingatkan saya tentang masa – masa PLKJ, ngajar TK, ikut pengajian, ngajar SD, kerja bakti, tidur, makan, maen keliling desa. Sudah.

Dua minggu ini, saya sudah, sudah ganti kartu (Kartu saya yang dulu gak bisa akses internet di sini, loading), sudah ngaji kitab barzanji, sudah istighotsah, sudah mengadakan pelatihan, sudah nambah berat badan, kayaknya.

Apa ya terlalu banyak yang ingin saya ceritakan. Kirain ya,saya akan banyak nulis tentang KKM, sama persis ketika sedang PLKJ. ternyata, saya sudah gak alay, yang apa-apa cerita, apa-apa curhat, apa-apa dunia harus tahu. Haha, eh emang siapa saya.

Nanti deh diposting selanjutnya saya cerita saya ngapain aja di sini. Sekalian posting foto – foto di Cigawir, tapi ntar kalau saya pulang ke rumah atau ke Bandung. Itu juga kalau netbook saya nyala. Oiya lupa cerita, sudah dua hari netbook saya mati, mungkin chargernya rusak, mungkin netbooknya rusak, mungkin keseringan dipakai nobar anak – anak SD yang main ke posko, haha.

Di hari ke 15 ini saya betah 😊

Posted from WordPress for Windows Phone

Posted from WordPress for Windows Phone

KKM #3 – KKM bukan PLKJ

Hari ini untuk pertama kalinya saya lihat dan disuruh baca kitab Barzanji.

Enam tahun saya sekolah di pesantren, gak pernah kenal sama kitab yang satu ini. Kitab ini, isinya tentang …… Saya gak paham ini kitab isinya tentang apa. Kitqb ini gak familiar di lingkungan saya, di teman sekolah saya, mungkin teman kuliah saya di kampus ada yang tahu tahu kitab ini.

Kata teman KKM saya, ini kitab isinya tentang kisah Nabi Muhammad. *cmiiw

Saya merasa gak siap menghadapi dunia. Haha. Keluar dari ‘lingkungan’ saya sedikit saja, saya mengernyitkan dahi.

Minggu kemarin juga, untuk pertama kali seumur hidup, saya ikut istighotsah, di lingkungan tempat saya tumbuh memang tidak pernah ada istighotsah, maafkan kalau pas istighotsah kemarin saya cuma jadi mustami’ aja, da bingung atuh harus apa.

Oiya, btw, Cigawir terkenal dengan Cigawiran semacam pupuh gitu, berkembang di lingkungan pesantren, karena memang di Cigawir ini banyak pesantren. Gak salah kalau di sini, selain berkembang Cigawiran, juga berkembang marawis juga qasidah dan banyak kesenian lain yang berkembang di lingkungan pesantren. Ntar saya cerita.

Intinya, selama 22 hari ke depan, saya berada di lingkungan yang bukan lingkungan saya. Menghadapi kebiasaan yang bukan kebiasaan saya. Iya sih, ini KKM bukan PLKJ.

Posted from WordPress for Windows Phone

KKN #1 – Bertukar Kampung Halaman

Sudah hampir 4 tahun sejak saya nulis tentang PLKJ di Sindangkasih, Ciamis. Sejak selesai PLKJ itu pula saya lupa caranya nulis apa adanya, tanpa dituntut ini, itu. tanpa takut ini dan itu.
Tadi siang, berdesak-desakkan di depan Lecture Hall, diantara ribuan angkatan 2011 dan segelintir angkatan 2012. Eh kok bisa angkatan 2012 ikut KKN?. Ceritanya, hari ini pembagian kelompok KKN diumumkan. Fyi, di kampus ini tempat KKN kampus yang menentukan, kita gak pernah bisa milih kecuali kalau ngasih uang seratus ribu, he. Akhirnya saya menemukan kelompok saya kelompok 041 Ds. Cigawir Kec. Selaawi Kab. Garut, ya, saya orang Garut yang kuliah di Bandung lalu KKN di Garut.

Beberapa minggu sebelum riweuh KKN, Saya bilang KKN gak mungkin di Leles paling daerah Garut Selatan, lalu ditimpali Hana yang orang Ciawi dia bilang di Ciawi juga gak bakal mungkin, ditimpali Fitriani yang bilang di Sindangkasih juga gak mungkin ada yang KKN, dateng Ipan lalu bilang di Panjalu sering ada yang KKN tapi dari kampus kita mah gak mungkin ke sana. And Surprise dong, semua daerah yang kita bilang gak mungkin, ternyata ada dalam daftar tempat KKN semua. Ih, nanaonan ieu?.

Pas tahu Sindangkasih masuk daftar tempat KKN, ngarepnya KKN disana aja, sekalian nostalgia PLKJ. Gak pernah ngarep dapet tempat di Leles (yang rumah aku banget itu mah). Pas tahu KKN masih di Garut, rasanya? Ya rasanya biasa aja. Emang apa bedanya KKN sama PLKJ. Eh beda deng, kalau PLKJ kan pasti ditempatkan di jama’ah Persis. Kalau KKN kan dimana-mana.

Btw, saya baru tahu kalau yang KKN itu ada yang ditempatkan di Desa saya, yang rumah pak Kadesnya ada di belakang rumah saya. Bisa gak tukeran tempat KKN?  haha.

Terakhir, selamat KKN Hana orang Ciawi yang KKN di Sindangkasih, Fitriani yang orang Sindangkasih KKN di Kadungora, Ipan orang Pajalu yang KKN di Selaawi. Terus temen Laskar 17 Sidiq orang Leles yang KKN di Cikoneng, Ciamis. Syaidah orang Leles yang KKN di Kadungora (Ini apa-apaan banget), Nurul orang Leles yang KKN di Cihaurbeuti. Jadi ceritanya kita mah, cuma tuker-tukeran kampung halaman. haha
 
 
 Cibiru, 20 Januari 2015

Posted from WordPress for Windows Phone

Kamojang – Kab. Bandung 😀

Jadi ceritanya, pas Tsanawiyyah pernah tuh piknik ke Kamojang sama Darajat, dulu Darajat masih kebun semua gak populer penuh sama tempat renang kayak sekarang. Nah lebaran kemaren pergi lagi ke Kamojang, nah baru sekarang saya tahu ternyata Kamojang yang terkenal dengan perusahaan pembangkit listrik Indonesia Power termasuk kabupaten Bandung. Iyes, Kabupaten Bandung tepatnya Kecamatan Ibun, coba aja kesana terus lihat alamat di SD atau Puskesmas yang ada disana pasti alamatnya Bandung.

Oh saya baru tahu saya buta peta haha.. Sama gak ngeuhnya ketika pergi ke Pangalengan terus ada petunjuk jalan menuju Rancabuaya, terus sama gak ngertinya kenapa temen saya yang orang Sukawening tapi suka pulang lewat Malangbong, terus saya juga gak ngerti kenapa Samarang itu berbatasan dengan Kabupaten Bandung, orang Garut macam apa saya -_-. yang saya tahu kan yang berbatasan dengan Kabupaten Bandung itu cuma Kadungora doang, haha.

Ok, mungkin setelah ini saya akan jalan-jalan sambil bawa peta 😀