Kenal Garut, Yuk!

Akhir-akhir ini Saya merasa promosi wisata di Garut dilakukan secara masif. Ntah itu tentang wisata alam atau tentang venue-venue milik swasta yang instagram-able, atau selfieable. Ya emang tempat wisata di Garut yang mana yang gak dikelola sama swasta? Ngaku deh tempat wisata yang lagi hits di Garut kebanyakan dikelola swasta *skip. Wisata di Garut emang gak ada habisnya dimulai dari Kadungora dengan Taman Wisata Cikembulan, Leles dengan Situ Cangkuang, Banyuresmi dengan Situ Bagendit, Tarogong dengan Cipanas hingga Pantai di Pameungpeuk dan Rancabuaya.

Promosi-promosi yang dilakukan beberapa pihak dilakukan dengan cara yang berbeda-beda ada yang menyajikan foto alam Garut yang yaaa kalau kata teman Saya “Yaelah Mi, hari gini gak cuma wajah, alam juga diedit”. Paket-paket tour wisata atau juga menginfokan sejarah Garut, ciye Garut bangkit binangkit. Garut emang keren sih, terlepas dari dua periode kemarin Bupatinya bermasalah melulu.*skip

Di bawah ini ada beberapa website yang sengaja sering saya baca. Kan lucu, kalau ada yang nanya wisata di Garut apa aja saya cuma bisa jawab Candi Cangkuang aja, yang emang lokasinya paling dekat sama rumah. Kontennya macam-macam sih, ada yang wisata aja ada yang emang berita seputar Garut.

 

Jelajah Garut

3

Baca lebih lanjut

Hai, Galian Pasir!

Nama Saya Ismi. Cita-cita jadi juragan tanah. Haha!

Ntah ya, siapa yang memulai dan bagaimana ini bisa dimulai, mungkin sejak 4 atau 3 tahun lalu, sejak pembukaan lahan di Tutugan untuk dijadikan lahan galian pasir. Sejak dibangunnya sebuah pabrik yang otomatis banyak membutuhkan pasir untuk mendirikan bangunan. Sejak saat itu pula minimarket dan kos-kosan menjamur.

Dulu, semua orang Garut mengenal daerah ini sebagai daerah yang menyeramkan, sepi. Tapi sekarang, 24 jam aktifitas tidak pernah berhenti, dari mulai buruh penambang pasir, sampai buruh pabrik terus bekerja setiap hari.

Bangunan pabrik sudah berdiri dengan megah, namun pasir terus dikeruk sampai habis. Efeknya? Leles macet, Baca lebih lanjut

Ziarah Leluhur di Limbangan

Semua orang Garut pasti sudah tahu kalau sejarah kabupaten ini tidak terlepas dari Limbangan. Orang zaman dahulu mengenalnya Kabupaten Limbangan, mungkin zamannya kakeknya kakek saya atau buyutnya buyut saya Kabupaten Limbangan masih ada, namun gara-gara di Limbangan sering ada bencana (Kata Wikipedia sih, gitu!) Maka ibukota dipindah ke kawasan Suci, nah semejak kepindahan ibukota itu berdirilah Kabupaten Garut. Sejarah lengkapnya baca di sini aja.

Berbicara tentang sejarah, berarti kita juga akan berbicara tentang karuhun-kruhun yang menjadi pelaku sejarah. Di Limbangan sendiri terdapat beberapa makam yang konon katanya merupakan leluhur orang Sunda sekaligus penyebar Islam di tanah Jawa khususnya Sunda. maka, tidak heran jika kalian datang ke Limbangan akan banyak ditemui penunjuk jalan menuju makam-makam leluhur. Mulai makam mantan bupati-bupati Limbangan, sampai makam para Sunan. Baca lebih lanjut

KKM #7 – Adaptasi

Manusia diberi kemampuan untuk bisa menyesuaikan diri, adaptasi. Dari zaman Dinosaurus sampai sekarang, maka itu terjadilah evolusi agar manusia bisa bertahan di lingkungan tempat dimana dia hidup.

Dalam Psikologi, kegagalan adaptasi bisa menyebabkan dua hal; Stres dan konflik. Sepertinya saya gagal adaptasi.

KKM bukan hal yang mudah bagi mahasiswa seperti saya. Setahun pertama di Bandung saya gak punya teman. Maksudnya teman yang bisa diajak bicara haha hihi kesana kemari, kalau teman sekelas, sekostan, seangkatan sih, banyak. Iya, saya butuh waktu setahun untuk bisa adaptasi. Dari dulu juga gitu, makanya pas Tsanawiyyah saya pernah sekolah seminggu jadi murid di sana, kemudian pindah ke sekolah lain dengan alasan gak punya temen.

Ok, balik lagi ke cerita KKM, saya sulit untuk beradaptasi, tapi saya percaya manusia diberi kemampuan untuk beradaptasi di situasi apapun. Bayangkan saja, nama kelompok baru diumumkan seminggu sebelum KKM. Artinya, kita akan se-posko, kerja sama, diskusi, tidur, masak, makan bersama orang yang baru kemarin kita kenal, selama 30 hari.

Di Posko saya lebih banyak diam, ngobrol kalau penting aja sih. Selebihnya WA-an, browsing, diem di kamar. Ntah ya, saya gak bisa ketawa haha hihi sama orang yang baru kemarin sore saya kenal. Bukan gak suka, tapi gak biasa, eh gimana sih, gitu deh :D. Kelompok saya baik kok.

Karena sulit adaptasi ini, saya ngerasa lebih dekat sama kelompok 42 daripada kelompok 41, kelompok saya sendiri. Di kelompok 42, ada bang Jay, teman sekelas saya, ada Labib, orang yang saya kenal dari pas kita Mu’allimien di Garut, ada teh Dilla juga yang sama-sama alumni PPI, ntah ya, saya kan gak ikutan organisasi Himi Persis, makanya dimanapun ketemu anak PPI rasanya seneng aja :).

Tapi saya bersyukur kok, saya sudah bisa melewati 17 hari ini. Meskipun hari ini sedang -dalam masa- tidak bisa adaptasi, makanya saya di rumah.

KKM itu sulit untuk orang yang sulit -atau gak mau- beradaptasi. Kalau semua mahasiswa gampang beradaptasi, kenapa sebelum KKM di grup angkatan 2011 ramai-ramai mencari teman yang mau tukar kelompok?. Adaptasi, bukan hanya dengan kelompok saja, tapi juga lingkungan. Yang gak biasa nimba, harus bisa nimba. Yang biasa hidup enak, harus bisa hidup gak enak. Yang gak mau naik motor, harus mau naik motor, haha ini saya.

Btw, saya lagi di rumah. Di posko keadaannya bikin saya sulit adaptasi. Biasa lah, udah 17 hari 10 orang tinggal serumah. Bukan hal gampang menyamakan pemikiran, kebiasaan bahkan menyamakan selera makan. Gak salah juga, kalau sesekali ada konflik, namanya juga adaptasi. Wajarlah, dinamika kelompok. Saya-nya aja yang lagi gak mau ada di Posko. Lagi sakit, iya lah, mana pernah saya selama 17 hari nonstop naik motor sana-sini, di jalanan yang … Duh ya kalau saya anak menteri udah saya bangun jalan tol di Cigawir. Iya, 17 hari ini kan saya naik motor terus, ke TK, ke SD, ke Bale Desa, ke RW ini, RW itu, blablabla, Cigawir lega pisan atuhlah.

Kalau saya lagi kesal di posko, saya masuk kamar main Hp, selesai. Nah ini, hp saya ngehang, ditambah laptop saya kan mati. Terus? Terus saya kan gak tahu harus menyampaikan uneuk-uneuk saya kepada siapa. Yaudah, pilihan bijak, pulang.

Ini di rumah lagi ngumpulin motivasi buat balik ke Cigawir, anak-anak di Posko, pasti murka saya lama di rumah, ah bodo. Selain konflik kelompok mungkin proker – proker saya aja yang bisa nuntut saya balik ke Posko, Cigawir.

ditulis di rumah, pakai Nokia 5200 yang terabaikan semenjak pakai Lumia 🙂

KKM #4 – 15 HARI

Yeah, 15 hari kakak. Rasanya, baru kemarin kita ditelantarkan di depan gerbang kecamatan Selaawi, ketika matahari sama sekali belum nampak. Sungguh kesan pertama yang… Haha ah sudahlah. Ini toh KKM.

Hari – hari selanjutnya di Cigawir, mengingatkan saya tentang masa – masa PLKJ, ngajar TK, ikut pengajian, ngajar SD, kerja bakti, tidur, makan, maen keliling desa. Sudah.

Dua minggu ini, saya sudah, sudah ganti kartu (Kartu saya yang dulu gak bisa akses internet di sini, loading), sudah ngaji kitab barzanji, sudah istighotsah, sudah mengadakan pelatihan, sudah nambah berat badan, kayaknya.

Apa ya terlalu banyak yang ingin saya ceritakan. Kirain ya,saya akan banyak nulis tentang KKM, sama persis ketika sedang PLKJ. ternyata, saya sudah gak alay, yang apa-apa cerita, apa-apa curhat, apa-apa dunia harus tahu. Haha, eh emang siapa saya.

Nanti deh diposting selanjutnya saya cerita saya ngapain aja di sini. Sekalian posting foto – foto di Cigawir, tapi ntar kalau saya pulang ke rumah atau ke Bandung. Itu juga kalau netbook saya nyala. Oiya lupa cerita, sudah dua hari netbook saya mati, mungkin chargernya rusak, mungkin netbooknya rusak, mungkin keseringan dipakai nobar anak – anak SD yang main ke posko, haha.

Di hari ke 15 ini saya betah 😊

Posted from WordPress for Windows Phone

Posted from WordPress for Windows Phone

KKM #3 – KKM bukan PLKJ

Hari ini untuk pertama kalinya saya lihat dan disuruh baca kitab Barzanji.

Enam tahun saya sekolah di pesantren, gak pernah kenal sama kitab yang satu ini. Kitab ini, isinya tentang …… Saya gak paham ini kitab isinya tentang apa. Kitqb ini gak familiar di lingkungan saya, di teman sekolah saya, mungkin teman kuliah saya di kampus ada yang tahu tahu kitab ini.

Kata teman KKM saya, ini kitab isinya tentang kisah Nabi Muhammad. *cmiiw

Saya merasa gak siap menghadapi dunia. Haha. Keluar dari ‘lingkungan’ saya sedikit saja, saya mengernyitkan dahi.

Minggu kemarin juga, untuk pertama kali seumur hidup, saya ikut istighotsah, di lingkungan tempat saya tumbuh memang tidak pernah ada istighotsah, maafkan kalau pas istighotsah kemarin saya cuma jadi mustami’ aja, da bingung atuh harus apa.

Oiya, btw, Cigawir terkenal dengan Cigawiran semacam pupuh gitu, berkembang di lingkungan pesantren, karena memang di Cigawir ini banyak pesantren. Gak salah kalau di sini, selain berkembang Cigawiran, juga berkembang marawis juga qasidah dan banyak kesenian lain yang berkembang di lingkungan pesantren. Ntar saya cerita.

Intinya, selama 22 hari ke depan, saya berada di lingkungan yang bukan lingkungan saya. Menghadapi kebiasaan yang bukan kebiasaan saya. Iya sih, ini KKM bukan PLKJ.

Posted from WordPress for Windows Phone

KKN #1 – Bertukar Kampung Halaman

Sudah hampir 4 tahun sejak saya nulis tentang PLKJ di Sindangkasih, Ciamis. Sejak selesai PLKJ itu pula saya lupa caranya nulis apa adanya, tanpa dituntut ini, itu. tanpa takut ini dan itu.
Tadi siang, berdesak-desakkan di depan Lecture Hall, diantara ribuan angkatan 2011 dan segelintir angkatan 2012. Eh kok bisa angkatan 2012 ikut KKN?. Ceritanya, hari ini pembagian kelompok KKN diumumkan. Fyi, di kampus ini tempat KKN kampus yang menentukan, kita gak pernah bisa milih kecuali kalau ngasih uang seratus ribu, he. Akhirnya saya menemukan kelompok saya kelompok 041 Ds. Cigawir Kec. Selaawi Kab. Garut, ya, saya orang Garut yang kuliah di Bandung lalu KKN di Garut.

Beberapa minggu sebelum riweuh KKN, Saya bilang KKN gak mungkin di Leles paling daerah Garut Selatan, lalu ditimpali Hana yang orang Ciawi dia bilang di Ciawi juga gak bakal mungkin, ditimpali Fitriani yang bilang di Sindangkasih juga gak mungkin ada yang KKN, dateng Ipan lalu bilang di Panjalu sering ada yang KKN tapi dari kampus kita mah gak mungkin ke sana. And Surprise dong, semua daerah yang kita bilang gak mungkin, ternyata ada dalam daftar tempat KKN semua. Ih, nanaonan ieu?.

Pas tahu Sindangkasih masuk daftar tempat KKN, ngarepnya KKN disana aja, sekalian nostalgia PLKJ. Gak pernah ngarep dapet tempat di Leles (yang rumah aku banget itu mah). Pas tahu KKN masih di Garut, rasanya? Ya rasanya biasa aja. Emang apa bedanya KKN sama PLKJ. Eh beda deng, kalau PLKJ kan pasti ditempatkan di jama’ah Persis. Kalau KKN kan dimana-mana.

Btw, saya baru tahu kalau yang KKN itu ada yang ditempatkan di Desa saya, yang rumah pak Kadesnya ada di belakang rumah saya. Bisa gak tukeran tempat KKN?  haha.

Terakhir, selamat KKN Hana orang Ciawi yang KKN di Sindangkasih, Fitriani yang orang Sindangkasih KKN di Kadungora, Ipan orang Pajalu yang KKN di Selaawi. Terus temen Laskar 17 Sidiq orang Leles yang KKN di Cikoneng, Ciamis. Syaidah orang Leles yang KKN di Kadungora (Ini apa-apaan banget), Nurul orang Leles yang KKN di Cihaurbeuti. Jadi ceritanya kita mah, cuma tuker-tukeran kampung halaman. haha
 
 
 Cibiru, 20 Januari 2015

Posted from WordPress for Windows Phone

Manusia Plastik

Apa yang kamu pikirkan jika mendengar kata plastik? Susah untuk hancur? Praktis?

Ya, plastik memang barang yang lumrah ada di sekitar kita. Manusia mana yang tidak pernah bersentuhan dengan plastik?. Semua orang pasti pernh bersentuhan dengan plastik, baik itu kantong kresek, botol minuman, wadah makan cepat saji, tempat kosmetik, hampir mayoritas menggunakan bahan plastik.

 

Kesannya saya go green banget ya nulis ini. Hehe.. Iya, Saya tersindir ketika berbincang dengan warga korban banjir ketika bakti sosial di Baleendah minggu kemarin. Menurut penuturan salah seorang warga korban banjir yang juga sebagai pegawai kelurahan , penyebab banjir di Baleendah tidak lain disebabkan perilaku warga sendiri yang membuang plastik sembarangan ke sungai Citarum. Sungai Citarum sendiri menurut beberapa referensi yang saya baca adalah sungai yang tingkat pencemaran airnya sudah dikategorikan sangat parah bagaimana tidak 280 ton limbah yang dihasilkan dari berbagai industri di buang ke Citarum setiap harinya. Saatnya saya katakan WOW…

 

Ok, lupakan Citarum, kita kembali ke Plastik. Plastik ini salah satu zat yang susah diurai butuh waktu ratusan tahun untuk dapat mengurai zat plastik. Tidak heran jika sungai Citarum malah penuh oleh sampah plastik, orang ditungguin beberapa puluh tahun pun plastik itu gak akan hancur. Aliran air yang terhambat plastik yang menyebabkan sungai Citarum selalu meluap ketika musim hujan datang, bayangkan Sungai Citarum yang sudah sangat tercemar itu kini membanjiri ribuan rumah warga di Kab. Bandung. Dampaknya? Bukan hanya bangunan, tetapi juga dampak kesehatan. Air yang kotor itu masuk rumah, masuk kamar, masuk dapur. Ouch… -_-.

 

Ketika baksos di Baleendah kemarin warga banyak berdalih mengapa mereka membuang sampah ke sungai alasannya karena di lingkungan mereka tidak ada cukup lahan untuk membuang sampah. Kalaupun sampah bisa mereka bakar, hal itu akan menjadi masalah. Lingkungan yang padat membuat asap pembakaran sampah mengganggu penduduk yang lain, ‘piomongeun’ mereka bilang.

 

Saya baru tahu kenapa pemerintah sering galau hihi.. Karena ternyata ketika kita akan menanggulangi satu masalah maka sengaja atau tidak masalah yang lainnya akan muncul. Seperti cerita di atas membuang sampah ke sungai mengakibatkan banjir, atau membakar sampah lalu mengakibatkan ‘piomongeun’ :D.

 

Plastik oh plastik… Ketika mendengar cerita-cerita warga tentang banjir dan sampah saya tersindir atau bahkan sangat tersindir hihi… Sudah hampir dua tahun saya menjelma menjadi anak kostan. Dulu sebelum saya mempunyai galon air di kostan saya bisa menghabiskan puluhan botol air mineral 1,5 liter per bulannya, sampai semua teman yang datang ke kostan terperangah sendiri melihat jumlah botol air mineral yang ada di kostan. Hingga akhirnya saya mempunyai galon air, botol air mineral itu saya buang, saya butuh dua karung untuk membuang semua botol itu.

 

Saya merasa bersalah banget membuang begitu saja botol air sebanyak itu.

Jika ada pemilihan manusia paling boros plastik saya berani menominasikan anak kostan. Bagaimana tidak, jika di rumah, makan 3 hari sekalipun tidak membutuhkan plastik. Di kostan, saya beli jajanan dua ribu perak pun pasti pakai plastik. Double lagi, plastik bening juga kantong kresek yang berwarna hitam. Itu untuk sekali jajan, belum makan, belum membeli ini itu yang semuanya tidak lepas dari plastik.

 

Kemarin, saya sempat menhitung jumlah plastik yang saya dapat seharian penuh. Pagi saya beli air mineral di kampus, itu sudah satu botol plastik. Siangnya pulang dari kampus saya beli nasi ditambah lauk pauk sudah ada satu kertas nasi berlapis plastik, satu plastik bening, plus satu kresek putih.  Sorenya saya motocopy sekarang bertambah satu plastik bening berukuran kertas HVS, lalu saya ke apotek beli obat magh ini bertambah satu kantong kresek putih. Malamnya  saya makan biskuit dan bertambahlah sampah plastik yang saya dapatkan hari ini. Ada yang menghitung berapa sampah plastik yang saya dapatkan? Ya, 7 sampah plastik. Dan rutinitas saya setiap hari tidak jauh seperti itu. Setiap hari saya membuang satu kresek kecil sampah plastik ke dalam tong sampah. Bayangkan jika saya sudah hampir dua tahun ngekost, jadi berapa plastik yang saya buang?

 

Susah juga ya mau ngomongin go green tapi setiap hari gak jauh dari plastik.

Asal kamu tahu saja, kostan saya namanya Aspi Hijau. Seperti namanya kostan ini bernuansa hijau, semuaaaa hijau. Kecuali perilaku penghuninya gak ‘hijau’ hehe…

 

Oiya, ngomongin banjir, gak Cuma di Baleendah aja yang banjir, di sekitar kostan saya juga suka banjir walau tidak seekstrim banjir Baleendah, ya hanya tergenang tapi bagi saya yang terbiasa jauh dari genangan air ketika berada di Garut, tetap saja bagi saya genangan 5cm pun namanya banjir -_-. Genangan ini disebabkan sanitasi yang buruk menurut saya. Terbiasa ketika di Garut setiap hari saya menginjak tanah, sekarang saya terbiasa menginjak aspal, pavling blok, atau semen, ya iyalah air mana bisa nyerap ke dalam tanah -_-.

 

Sejak ke Baleendah minggu kemarin, ngeri juga ya kena banjir, Cuma gara-gara hal yang kita anggap sepele plastik. Ok, saya mau belajar go green, baru niat sih ya? Pertama apa dulu? Saya baru beli botol minum dong, biar gak beli air mineral kalau di kampus. Iya sih baru hal kecil he.., kedua apa? Saya mau beli sapu tangan. Dulu saya bukan Tissuers, jauh banget sama yang namanya tissue tapi kenapa setelah ngekost saya jadi tissuers gini ya? Dikit-dikit tissue apa-apa tissue. Tahukah anda? Kalu tissue itukan dari pohon. Kalau pohon banyak ditebang, jadi? You know what I mean. Ketiga apa ya? Ntar deh y saya pikir-pikir dulu gimana caranya anak kostan bisa meminimalisir penggunaan plastik.

 

Mamah saya barusan lewat, baca tulisan saya terus bilang “Meminimalisir plastik caranya masak di kostan bawa makanan ke kampus jadi gak usah beli..”, tahu gak artinya? Artinya jika mau meminimalisir plastik say disuruh belajar masak, haha.. Ok, saran yang dipertimbangkan 🙂

 

Jadi siap untuk meminimalisir plastik? Saya sih siap untuk belajar meminimalisir… 🙂

Minimal ketika saya sudah nulis ini, saya akan dimimta pertanggung jawabannya, minimal diminta tanggung jawabnya oleh komitmen diri sendiri..

Kalau Ada yang Lain, Kenapa Harus Selebritis?

Garut, WordPress, K!ck Andy dan satu lagi Aha! selimut  perpaduan yang sempurna yang menjadi alasan saya belum ingin ke Bandung :). 2 hari disini Garut diguyur hujan terus. suasana seperti ini yang tidak saya dapatkan di Bandung. Tidak medapatkan suasana Garut, tidak bisa jenguk wordpress tiap saat dan tidak bisa nonton K!ck Andy. Iya, K!ck Andy talkshow favorit saya dari dulu karena sering bagi-bagi buku gratis

Sepertinya ada sesuatu atau mungkin lebih dari satu cerita yang saya cereitakan tentang Garut sebelum saya pulang ke Bandung dan sebelum saya UAS besok. Memasuki daerah Kadungora kemarin, saya mulai melihat spanduk-spanduk calon gubernur, bukan hal yang aneh toh di Bandung juga spanduk-spanduk seperti ini sudah banyak berkeliaran.

Di Garut yang paling dominan itu spanduk Rieke – Teten pasangan cagub dan cawagub Jawa Barat yang keduanya berasal dari Garut. Terbukti dengan adanya tulisan ‘pituin Garut’ dalam spanduk kampanye mereka. ‘Pituin’ dalam bahasa Indonesia adalah asli, jadi mereka memang benar-benar asli Garut.

Tentu saja tulisan ‘pituin Garut’ hanya saya temukan dalam spanduk yang terpasang sepanjang jalan memasuki kabupaten Garut saja. di Bandung tidak ada spanduk dengan tulisan demikian. Yang menjadi ciri khas dalam spanduk mereka yang saya ingat hanya baju kotak-kotaknya saja.

Ah iya, satu lagi yang menjadi perbedaan spanduk kampanye Rieke – Teten, selain tidak ada tulisan ‘Pituin Garut’ dalam spanduk yang ada di Bandung perbedaan lain adalah saya tidak pernah menemukan spanduk Rieke berkerudung selama saya di Bandung, dan saya terheran-heran kenapa spanduk yang saya temui sepanjang jalan saya pulang ke rumah foto Rieke berkerudung semua (saya bilang kerudung ya, bukan jilbab). Kelihatannya saya kepo abis ya, hehe… enggak sih cuma ya heran saja. Setiap hari saya pergi ke kampus melewati posko tim sukses Rieke – Teten karena memang posko ini berada dekat kampus saya. sehari-hari posko ini adalah kantor (atau mungkin markas) salah satu partai bernuansa merah ini, partai yang mengusung Rieke – Teten. di depan Posko ini terdapat spanduk besar Rieke – Teten dan Rieke tidak memakai kerudung. makanya saya heran aja di posko pusatnya saja spanduk Rieke tidak memakai kerudung kok, kenapa spanduk yang ada di Garut tiba-tiba di kerudung, tanya kenapa?.

Pemilihan umum Gubernur Jabar itu kapan? Bisa jadi ini pemilihan umum yang pertama kali saya ikuti. Jadi saya berhak kan beropini? hehe…

Saya tidak mau jadi korban bully teman-teman kampus gara-gara ulah pemimpin daerah.  Saya baru sadar pemimpin daerah saya selalu bermasalah di dua periode terakhir. Minggu lalu teman saya nanya “Mi, Bupati yang dulu siapa? katanya di penjara juga ya? korupsi?” #Jleb. Ah, iya saya baru ingat sebelum Bupati sekarang yang terkena skandal, bupati sebelum ini juga pernah terkena skandal juga, dan sempat heboh juga di media, iya, Bupati yang dulu korupsi.

Teman Saya yang satu lagi berkata “Ini orang Garut gimana sih Mi? dua Periode Bupatinya kasus melulu?”, mana saya tahu wong dulu saya gak ikut milih -_-.

Sebelum Bupati AF, bupati yang dulu juga terkena skandal saya tidak tahu apa faktor penyebab kemenangannya, hingga ia bisa jadi Bupati. Tentang kemenangan Bupati AF saya tahu, mungkin karena AF bersanding dengan Dicki Candra waktu itu dan u know lah karisma selebritis itu bagaimana. Apalagi Garut tidak pernah dipimpin figur publik sebelumnya, kehadiran selebritis di pilkada tentu saja menarik perhatian apalagi ibu-ibu.

Nah, tidak bisa dipungkiri Ibu-ibu juga menjadi faktor menangnya Bupati (non-aktif) sekarang, yang namanya ibu-ibu yah -_-. makanya saya heran sekaligus tertawa-tawa sendiri kenapa sekarang malah banyak ibu-ibu yang berunjuk rasa? bukannya waktu itu justru ibu-ibu yang menjadi faktor kemenangan AF ini ya?.

Duh, selebritis…

Ah iya, katanya pilgub Jabar juga akan menjadi ajang perang bintang ya? Boleh lah kepala daerahnya artis biar daerahnya banyak masuk media, seperti Garut waktu Wabupnya masih DC :). Tapi kan pemimpin daerah bukan hanya untuk membawa daera masuk televisi saja, kakak…

Selebritis boleh asal bekerja dengan Fast, Fathonah, Amanah, Shidiq dan Tabligh. (Itu kata dosen saya). Tapi ya kalau ada yang lain yang bisa memenuhi syarat di atas, kenapa harus selebritis? 🙂

Garut, Tak Hanya Sekedar BUPATI!

Garut itu rumah saya, Saya tinggal, lahir, besar, sekolah di Garut. Garut itu terkenal karena situ Bagenditnya,

karena gunung Papandayan, papandayan11

karena pemandian air panas, darajat

Karena punya candi cangkuang Candi Cangkuang

karena Dicki Candra pernah jadi wakil bupati di kota ini, dan karena Garut punya cokelat anti galau :).

Sudah sebulan ini saya tidak pulang ke Garut. Rasanya Bandung – Garut jauh banget ya, padahal jarak kostan – rumah hanya 1,5 jam perjalanan. Aneh aja sih dulu seminggu sekali pulang, ini sudah satu bulan tidak bisa pulang.

Apa kabar Garut? Saya rasa garut baik-baik saja. Saya rasa…

Tapi perasaan saya salah, ternyata Garut tidak baik-baik saja.  Beberapa minggu ini saya diam pura-pura bukan orang Garut. Tapi, sesak juga ya terus-terusan diam, capek aja sih dengar anak-anak bilang “Mi, itu Garut di Tv…”. Sepertinya saya lebih bangga ketika Garut ada di TV muncul di program si Bolang atau sekedar menjadi setting FTV daripada muncul di infotainment atau acara gosip.

Rancabuaya

Garut sering masuk TV, terutama ketika Dicki Candra menjadi wakil bupati, ketika Dicki Candra turun, maka pamor Garut di TV pun turun. Ternyata pamor artis itu memang keren…

Awal 2012, Garut sempat menjadi trending topic Gara-gara “katanya” disini ada Piramida. Dan untuk pertama kali ssetelah bertahun-tahun Bupati menjabat, baru pada rumor piramida ini saya melihat Bupati Garut berbicara, di salah satu televisi swasta dia “keukeuh” di gunung Sadahurip ada Piramida padahal sebagian ahli yang di datangkan meyakini kalau tidak ada apa-apa dalam gunung tersebut, dan di twitter semua orang ramai membicarakan kelakuan Bupati Garut ini, “Norak…” ungkap salah satu pengguna twitter dan saya menyetujui ungkapan dia. Andai yah, saya punya hak pilih waktu pemilihan bupati waktu itu, saya gak akan pilih dia da… -_-.

Hari ini, 4 Desember katanya di Garut akan ada aksi, aksi untuk melengserkan Bupati. Good job kawan…

Seperti yang telah menjadi trending topic beberapa pekan terakhir, Bupati Garut terkena skandal. Hampir semua media menamai skandal ini skandal “kawin – cerai Singkat”. Well, 4 hari memang waktu yang singkat untuk sebuah pernikahan. Lebay? Iya, menurut saya kasus ini terlalu lebay dan ini penyakit orang Indonesia. Padahal, sudah lah ya, Bupati nikah, terus cerai, dia memang melanggar undang-undang katanya, ntah undang-undang yang mana. Kalau seperti itu masalahnya,  tinggal tuntut buat lengser masalah beres.

Gak perlu lah, infotainment-infotainment itu melulu ngomongin Bupati Garut melulu, bahkan sampai mengundang Bupati datang ke Jakarta hanya untuk meracau hal yang tidak jelas. Lebay….

Garut itu tak hanya sekedar bupati kakak…

Banyak hal kok, yang lebih baik dibicarakan dari pada sekedar bupati. Kenapa gak membicarakan tentang tempat wisata di Garut yang super banyak, atau tentang kebudayaan khas Garut, tentang Chocodot yang berhasil di ekspor, tentang produk-produk dari akar wangi, tentang batik Garutan, tentang Sukaregang yang terkenal dengan produk olahan dari kulit, tentang Pameungpeuk yang terkenal dengan Pantai Santola, atau tentang Ranca Buaya yang menjadi setting novel Perahu Kertas.

Kenapa tidak membicarakan hal-hal yang positif saja kakak….

Kenapa tidak membicarakan tentang Kang @gorisMustaqim pemuda asal Garut yang beberapa tahun lalu bertemu Obama di Gedung Putih, atau membicarakan perjuangan anak-anak menyeberangi sungai di salah satu kecamatan di Garut hanya untuk menuju ke sebuah tempat yang mereka sebut dengan sekolah.

Saya sayang Garut, kemana pun saya pergi saya akan kembali ke Garut. Gak rela aja sih banyak yang mencerca di beberapa media sosial “Kok orang Garut bodoh sih? Kok orang Garut mau-maunya dipimpin sama orang begitu?”. Sesak ya rasanya, dicerca kayak gitu, padahal mana mereka tahu Garut itu sebenarnya seperti apa.

Banyak hal positif sebenarnya yang bisa kita bicarakan daripada sekedar membicarakan bupati. Rusak susu sebelang karena setitik nila, mungkin itu yang dapat saya ungkapkan. Hanya gara-gara Bupati, semua orang mencerca. Banyak kok yang bisa dibanggakan dari Garut, saya jamin itu.

Saya bangga pada Garut, dan kalau kamu jadi orang Garut, kamu juga akan bangga pada Garut, saya jamin itu.

Banyak hal yang bisa dibanggakan dari Garut, karena Garut itu tak hanya sekedar Bupati…