KRS Terakhir


Yeay, KRS Terakhir, insyaAllah aamiinnn!

Ini, KRS terakhir, KRS ke-9, yang menandai saya sudah menjadi mahasiswa semester 9, tua euy :D. Loh kok masih KRS-an? Masih kuliah? Masihhhhh, selama saya punya NIM, masih suka ke kampus, bolak-balik TU, berarti saya masih kuliah. Meskipun faktanya proses pembelajaran di kelas sudah selesai.

Semester sembilan masih wajib KRS-an, kenapa? Karena skripsinya belum selesai :D. Sebenarnya dalam aturan kurikulum, Skripsi bisa diambil ketika semester tujuh, toh faktanya semester enam pun kita sudah menyelesaikan semua mata kuliah dan di semester tujuh tidak ada mata kuliah apapun yang disajikan. Itu, jika kuliah kamu lancar-lancar saja, IP di atas tiga, mengambil 24 SKS tiap semester, dan nilai C hanya ada satu atau dua saja.

Beda cerita jika IP kamu di bawah tiga, beberapa semester hanya bisa mengambil 20 SKS, dan nilai kamu banyak yang… yang gak bagus, he. Nah, bisa dipastikan semester tujuh kamu masih kuliah. Ntah itu mengambil mata kuliah yang memang belum diambil, atau mengambil lagi mata kuliah yang dulu nilainya gak bagus. Ukuran nilai gak bagus itu relatif .Misal bagi saya nilai C untuk Psikologi Umum atau Psikologi Kepribadian itu gak bagus, tapi kalau nilai C untuk Statistika atau Psikodiagnostika itu udah lumayan, haha.

Nah, karena saya masuk tipe ke dua, maka skripsi saya ambil di semester delapan dan gak beres. bukan deng lebih tepatnya gak dikerjain, he. Apa yang ditulis di KRS semester sembilan? Jika KRS semester sebelumnya saya menuliskan beberapa mata kuliah yang akan diambil beserta jumlah SKS, maka semester ini saya akan menulis di KRS “SKRIPSI 4 SKS” udah gitu aja. Kenapa Skripsi harus ditulis lagi di KRS? Skripsi seperti mata kuliah yang mempunyai SKS dan mempunyai nilai. Maka ketika nilai belum keluar, maka dinyatakan belum tuntas dan dinyatakan belum mengambil 4 Sks. Anggaplah kalau Skripsi itu Statististika, ketika skripsi belum selesai, dinyatakan belum tuntas, seperti Statistika dapat nilai E, maka kamu wajib mengambil dan menuliskan kembali   pada KRS di semester berikutnya.

Banyak teman yang nyinyir “Apaan sih harus KRS-an? Kita kan udah kompre, udah gak kuliah, tinggal skripsi doang!” Prosedur euy, ikutin aja. Kemarin ada kakak tingkat yang hampir tidak bisa ikut sidang gara-gara gak ada KRS. Gitu doang? Iya gitu doang, tapi kan nyesek skripsi beres tapi hampir gak bisa sidang gara-gara KRS. Prosedur ini sering disosialisasikan sama pihak fakultas, kalau kamu gak tahu, mungkin kamunya aja yang gak update.

Ih, kita kan udah gak kuliah, ngapain harus bayar SPP? Eh, skripsi kamu belum selesai, selama kamu bolak-balik kampus, ada lantai yang kamu injak dan dibersihkan bapak OB yang harus digaji, selama kamu bolak-balik ke TU, ada ibu sama bapak di TU yang kamu repotin dan harus digaji. Selama kamu bolak-balik ke Perpustakaan, ada pustakawan yang beresin buku yang kamu acak-acak dan harus digaji. Selama kamu ngurus skripsi ada pembimbing yang meluangkan waktunya buat diskusi sama kamu ngasih solusi, ngasih masukan. Kamu masih nyinyir?

Loh ini kan Univ Negeri, ada biaya negara?! Eh kamu emang udah bayar pajak berapa? Kalau skripsi kamu udah selesai, emang bisa ngasih apa ke Negara? Bayar 600 ribu aja, masih nyinyir? Ai kamu ni pelit. Jadi ngomongin SPP haha.

Akhirnya, bismillah wa biidznillah KRS terakhir, semester sembilan SKRIPSI 4 SKS 🙂

2 pemikiran pada “KRS Terakhir

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.